Jumat, 25 Mei 2012

akhwat manja dan mas qu

Selepas bercengkrama dengan ‘Kekasih Hati’  …
Kini, akhwat manja tengah menata hatinya. Lagi dan lagi, untuk ke sekian kalinya berusaha untuk menjaga perasaan ini. Bukan perkara mudah untuk menetralisir rasa itu. Aku menundukkan pandangan dan hatiku untuk bisa meminimalisirnya dan membiarkan semua mengalir seperti apa adanya hingga aku tak perlu lagi ditawan oleh rasa yang begitu menggebu.
Mas-ku tahu itu dan berusaha untuk menguatkan aku untuk berdiri, berdiri menatap masa depan. Awalnya memang cukup sulit, Mas-ku mengetahui betul rasa itu.
“Lihat Mas … Mas bisa menempatkan cinta itu pada tempatnya. Kalau Mas ingin mencela, Mas bisa melakukan itu. Tak adil bila Allah telah memberikanmu cinta, sedangkan Mas sendiri belum pernah diizinkan untuk mengecap cinta.”
Aku mengerti arah pembicaraan Mas-ku.
Akhwat Manja dan Mas-ku
“Tapi Mas tidak melakukan itu. Mas ingin cinta yang murni, cinta yang hanya dirasakan oleh Mas dan calon Mas nanti. Keyakinan untuk menginginkan mendapatkan yang paling baik dari yang terbaik lebih kuat daripada kesemuan yang ditawarkan di luar sana.”

Lebih dari itu, aku tahu betul kemampuan Mas-ku untuk menahan dirinya dari rasa yang bisa menyita waktunya itu. Mas-ku bahkan lebih tangguh dari para prajurit di medan perang sana karena ia bisa menahan nafsunya. Ia bisa mengalihkan dirinya kala rasa itu mencuat hebat dalam hatinya. Aku tahu, Mas-ku pernah menyukai seorang wanita yang kurasa layak untuk ia dapatkan. Tetapi, Mas-ku mengatakan bahwa ia tak akan melanjutkan kekagumannya terhadap wanita itu, karena wanita itu bukanlah haknya selama Allah belum memberikan jawaban atas istikharahnya.
“Akhwat manja, selayaknya kamu bisa memberikan yang terbaik untuk calonmu nanti. Menjaga fitrahmu sebagai seorang akhwat yang penuh dengan keteladanan kelak bagi pasangan dan buah hatimu. Bukankah ibu adalah sumber segala sesuatu? Tidakkah kamu malu untuk mengumbar keseluruhan dirimu hingga tak ada lagi yang tertutup dalam dirimu bila kamu memperlihatkan sikapmu yang seperti itu?”
Akhwat Manja dan Mas-ku
Menunduk adalah hal yang kulakukan kini. Kembali ke masa lalu yang kurasa penuh dengan langkah semu. Aku memeluk Mas-ku setelah derai airmata membasahi pipiku yang merona diterpa sinaran rembulan. Malam ini, sepulangnya aku dari madrasah ilmu, aku memilih untuk menenangkan hati bersama dengan Mas-ku. Mas-ku, aku ingin lebih lama bersama denganmu.
Dilema mulai merayap dalam dinding hatiku. Ya Allah, dosakah aku bila aku meminta untuk memundurkan kedekatan jodoh bagi Mas-ku?
Karena aku masih ingin berlama-lama dengannya …
Karena aku masih ingin berada dalam dekapannya kala aku membutuhkan kehangatan hati seseorang …
Karena aku masih ingin membagi rasa cintaku hanya untuk Mas-ku seorang …
“Mas mau, pancaran bidadari surga ada dalam wajahmu, wahai akhwat manja. Sifat manjamu itu yang membuat Mas tidak bisa jauh darimu. Mas mencintai dan menyayangimu …”
“Mas ingin menjagamu hingga kamu menemukan ikhwan tangguh yang dipilihkan Allah untukmu, wahai akhwat manja. Karenanya, izinkan Mas menjagamu hingga waktu itu tiba …”
Cinta Akhwat Manja
Taman Cinta Akhwat Manja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar