Senin, 23 April 2012

sahabt yang baik

Aku sering kali tak habis pikir, cara apa lagi yang harus ku lakukan untuk bisa sedikitnya menggeser mindset Aliza dalam menyikapi pola hidupnya yang penuh dengan Hedonisme itu. Memang bukan sepenuhnya salahnya, dia memang terlahir dilingkungan keluarga yang bertata cara hidup mewah dan serba mudah mendapatkan segala cara yang diimpikan. Namun, apalah upaya yang mampu ku jibaku lagi padanya sebagai seorang sahabat baiknya sedari kecil? Hhhfff.. Monodiskusi seperti ini kadang menyita energiku.
“Izma.. Kamu lagi banyak tugas nggak? Temenin aku yuuk ke Maxi Mall, kemarin aku liat Scarf en Hot coat model baru disana.. Aku juga udah lama nggak beli Heels nih, sebel deh kalo kemana-mana pasti yang dikomentarin anak-anak Heels mulu!” Suaranya memutus monodiskusiku via telepon. Dengan penuh ghirah dia mengutarakan keinginannya padaku, yang seperti biasa, sulit berkata tidak padanya.
“Emmhh.. sebetulnya aku lagi ada tugas Liz, Gimana kalo..”
“Duuuh Iiz, kebiasaan deh kamu suka susah dulu minta waktunya. Aku janji, cuma sebentar kok. Setelah aku dapat apa yang aku cari, kita langsung pulang.. Nanti aku bantu kerjakan tugasmu juga seperti biasa. Kemarin aku juga lihat shawl lucu warna peach gitu dan aku ingat kamu punya baju warna itu. Aku jemput ya, aku udah dipertigaan sebelah rumahmu nih, hihiihiii..” selorohnya tanpa pause, dengan santai dan seperti biasa ia sudah hafal dengan berbagai alasanku, maka itu ia seringkali tak bilang jika sudah berada dekat rumahku.
“ok, aku siap-siap dulu deh ya..”
Di dalam mobil, riuh gaya bicaranya seperti biasa seakan meramaikan perjalanan kami. Berbagai hal kami bahas, namun jika arah pembicaraan kami sudah mulai mendekati Ghibah aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Untungnya Aliz memang gampang terbawa alur pembicaraanku, itulah yang membuatku bertahan bertahun-tahun dengannya. Dia pula sahabatku yang jujur, yang berani mengatakan TIDAK! bila aku keliru, dan dia selalu menuntutku yang sama. Aliz, menurutku hanya terjebak pada situasi yang sebetulnya sulit untuk ia sadari, aku tahu bahwa sahabatku nan cantik itu adalah sosok yang mulia. Ia gemar menyantuni para Yatim dan Dhuafa, ia pun anti berpacaran, dan kerap sangat peduli dengan lingkungan sekitarnya. Aliz pun jarang sekali marah, ia selalu berusaha menghilangkan emosinya dengan cara apapun yang membuat mood nya cepat kembali baik, tanpa merugikan siapapun. Aliz yang jenaka dan periang selalu membuatku nyaman, terlebih jika aku sedang dilanda mood yang tak beraturan, karena  orang-orang pun memang menilaiku lebih sensitif ketimbang Aliz.
“Liz, seingetku kamu baru restock barang-barangmu minggu lalu deh. Kamu kan habis beli Scarf 3 dengan model yang Asoy punya, udah gitu pake belikan aku segala lagi, hhfffhh..” ungkapku,
“Iya dear,, i knew it. But, hehee.. u know lah! Lagian aku beliin kamu itu udah jadi kewajiban kale, wong aku yang minta jatah waktumu kan :p ” ucapnya dengan gaya cueknya seperti biasa.
“Iih kamu tuh ya, aku nggak kebayang jadi apa lemari shawl mu itu. Namanya aja udah LEMARI, berarti udah bisa buat jualan juga tuh, hmm.. ckckckk ?!@##$^*&!? Inget loh Liz, jangan…”
“Jangan Berlebihan…! Aku selalu inget kok Izmaa, makasih sahabatku tersayang, sudah ingatkan lagi. Kalau aku sudah nggak pakai lagi, aku juga nggak akan biarkan semua menumpuk di lemari shawl ku” ungkapnya sembari tersenyum ceria.
Sampailah kami di salah satu Mall terbesar di Ibukota, seperti biasanya.. Aku hanya akan mengangguk dan menggeleng jika Aliz meminta pendapatku. Kemudian ia pun tak akan lupa membelikanku, sebagai ungkapan terima kasihnya. Sejujurnya, aku senang melihatnya bahagia, namun terkadang ada hal yang menggelitik di bilik hatiku yang lain. Rasanya tidak enak dan kurang nyaman, aku merasa sahabatku ini terlalu berlebih dalam urusan Fashion dan Shoping, bukan berarti aku tidak menyukai hal itu. Itu penting bagi Syiar juga kepada umat di jaman minimalis kini. Aku pun senang memadu padankan pakaian-pakaianku, dan sangat tidak nyaman jika pakaianku terkesan asal, apalagi seorang Muslimah yang baik harus senantiasa berpenampilan bersih, rapi dan tentu saja sesuai syar’i. Tetapi pemandangan ini kadang menggangguku, melihat Aliza kebingungan mencari-cari model terbaik, menyaksikannya terbuai dalam keindahan duniawi ini.
Kemudian lantas saja pikiranku menerawang, pada beberapa masjid cantik yang sepertinya asyik untuk kita sambangi dan melakukan ibadah-ibadah penuh kehangatan bersama Aliza. Ya! Aku harus berupaya membujuknya, untuk mau terpikir kesana. Aku tahu ia tak sulit untuk aku rayu, semoga saja ada secercah perubahan yang kuharap ikhlas muncul dari dirinya, tanpa keterpaksaan walaupun belum dihiasi kesadaran yang lengkap dari Nawaitu dirinya.
“Aliz sayang.. kamu masih lama? tadi kan kamu janji nggak akan lama milih-milih.” ucapku sedikit manyun,
“Hihiihii, iyah.. iyah.. ini aku sudah mau ke Cashier kok. I’m sorry for being a lilttle lying to you. Eh kamu udah lihat kan Shawl yang aku bilang tadi, cantik kali kan?”
“iyah.. syukran ya Ukh Jamilatii, semua yang kamu pilihkan memang tak pernah salah, selalu tepat sasaran. That’s why i’m your soulmate, hehehe..” nadaku sedikit meledek,
“afwan ukh habibatii.. with my pleasure my dearest Soulmate. I’m hungry aniway, kita mampir sebentar isi perut ya. Eh tapi kita sholat dulu deh sebentar, ok ?”
“yea sure honey..”
Selesai sholat ashar, lega sekali rasanya. Aku bersyukur dengan keadaan yang ku punya saat ini, aku memiliki sahabat yang insyaAllah sudah bisa kuterima baik kelebihan maupun kekurangannya. Begitu pun ia, aku merasa Aliz sangat bisa menerima kelemahanku, bahkan seringkali ia menutupi dan melengkapinya. Maka itu, kami tidak pernah merasa kesepian. Apalagi jika harus berpacaran dengan laki-laki atau Ikhwan umumnya seperti para muslimah saat ini. Pernah ada beberapa Ikhwan mendekatiku begitu pun Aliza, namun karena aku juga merasa Allah menyayangi kami berdua (Aku dan Aliza) maka mental lah ikhwan atau para lelaki itu, kami sadar bahwa Allah tak suka, DIA akan cemburu dengan sangat. Maka Allah karuniakan kami nikmat persahabatan seperti ini.
“Emmhh kamu lagi pingin makan apa Liz?” tanyaku,
“Aku lagi pingiinn banget Ramen Iz, kita ke Oishi aja yuk! Di situ kan lagi ada discount..” jelasnya penuh semangat,
“Aduh Aliza.. Oishi itu muahaalll sekalee! Aku nggak mau ah, aku sengaja cuma bawa uang untuk makan di Bakmi GM :P
“Oh come ooon Izmaa.. Pake Credit Cardku lagi Discount Up to 75% !!!” seperti biasa,, bujuknya seringkali tak mempan untukku karena memang aku terkenal kritis dan tak mudah terpengaruh jika sudah dalam prinsipku,
“Aliza sayang.. kamu lupa ya? aku kan anti Credit card! Emang sih aku terlihat pelit, bawa uang aja cuma buat beli Mie Ayam. Tapi aku begitu bukan untuk menyesatkan, aku nggak mau kamu Depending sama Credit Card mu itu. Kita makan di Bakmi GM aja ya? Nanti kalo Credit Cardmu safety, Abib sama Umi mu pasti akan bangga punya anak seperti kamu. Uang cash mu yang sebetulnya masih banyak di dompetmu itu juga masih bisa kamu tabung untuk beli shawl, scarf atau Wedges yang kamu mau next time. Ya kan?” begitulah aku harus detail memberinya pengertian, agar dia langsung merunut seperti yang kuharap, hehehe..
“…” dengan wajah manyun nya Aliz hanya terdiam,
“kenapa? basi ya? hihihhiii, sudahlaah.. kapan-kapan aku yang traktir Oishi ya kalau komisi ku cair, insyaAllah nggak lama lagi kok.” sembari menariknya memasuki Bakmi GM resto, aku tak henti meyakininya. Aku tahu ia sedikit Bete, walaupun ia tahu bahwa apa yang aku lakukan karena aku sayang padanya. Inilah yang terkadang sulit kami hindari untuk berdebat, salah satu kelemahannya adalah ia sedikit anti pati dengan makanan-makanan atau resto yang kurang classy alasannya karena pencernaannya sensitif, dan lain-lain. Ya. Aliza agak rewel soal makanan, karena terbiasa makan makanan mewah dirumahnya.
“Sudah dunk Liz,, jangan cemberut terus.. Kan aku sudah janji akan traktir kamu di Oishi kalau Honor naskah ku sudah cair. Masak sih kamu masih ngambek juga.”
“bener yaa.. nanti aku tagih kalau honor mu udah cair :P
“Swear! InshaAllah… ;)
“eh iya Liz, aku sepertinya mau mulai ikut kajian bedah Quran – tadabbur di Al-Azhar deh jumat besok. Rasanya sepertinya nikmat saja kalau kita paham apa yang kita selalu baca di Quran.”
“aku juga mau dooonk…! Kadang pulang kuliah aku bete nggak ngapa-ngapain, tesisku juga udah hampir selesai. Aku ikut ya darl..!”
“Alhamdulillah iya pasti doonk, aku seneng banget kamu mau ikut. Kadang ba’da dzuhur dan asharnya juga suka ada kajian Tazkiyatun Nafs lho, seru banget! Aku pernah ikutan sekali, mendadak waktu itu pulang dari kantor cuma kasih naskah, masih siang jadi aku mampir deh..”
“Oh ya? waah aku jadi penasaran.. Oke-oke, pokoknya kamu siap-siap aku buntutin yaah, hahaha..” ucapnya ceria lagi, membuatku lega tak terkira. Ternyata tepat sasaran! Aliz memang mudah ku pengaruhi, untungnya aku mempengaruhi untuk kebaikan, hihihii..
Tak terasa hari sudah cukup malam, jam 6 pun terlihat di jam tangan kami masing-masing, tanda dekat maghrib. Kami asyik berdiskusi, sehingga tak terasa waktu telah meyapa manis, mengajak kami menghadap Rabb Sang Khalik. :)
Usai sholat Maghrib, kami pun beranjak meninggalkan mall. Kemudian kembali kami terlibat perbincangan menarik lagi..
“Liz, kamu ingat nggak sih ada Ikhwan yang sempet membahas Kitab Al-Hikam sama kita..?”
“Oh iya dong, jelas aku ingat! Yang ganteng itu kan, sosok ideal banget deh! Kenapa Iz? Kamu naksir ya?”
“Yeee.. nggak gitu. Kalo naksir sih aku yakin semua Akhwat gampang naksir sama dia, cuma yang mau aku bicarain ini adalah ternyata, dia itu Dai muda di Dubai yang sukses dan ternyata masih ada hubungan keluarga denganku. Emmh, tepatnya dia sepupuku.” ungkapku dengan raut heran. Karena memang mengherankan, lelaki Famous yang sedang In Trending Topic setiap Akhwat di Ibukota tak ketinggalan juga aku ternyata adalah saudara sepupuku sendiri. Bangga sih, tapi kandas sudah harapanku.. hihihii :D
“Whattttt…????? Kamu lagi ngayal ya Iz? Jangan mentang-mentang kamu ngefans sama tuh anak, terus kamu jadi mulai senewen gini! Bisa-bisa aku yang jadi Gila nih kalo berita itu bener. Aku akan teror kamu untuk bisa comblangin aku sama dia itu! Hahahaa.. Jangan kelewatan kalo ngarang cerita Izma sayang…”
“Lho?! Kamu heran ya? Sama donk! Aku juga masih terheran-heran nih. Kok bisa  ya?!@$#$?/ Umi cerita sama aku tanpa beban gitu, ya secara Umi nggak ngerti juga sih perkembangan yang lagi In sekarang di kalangan muda-mudi. Tapi lucu aja gitu, aku sampe di omelin Umi karena berkali-kali make sure nggak ada capeknya, hehehe..” ungkapku menimpali keterkejutan Aliz.
Tiba-tiba.. terdengar suara mobil berdecit. Ya! Mobil kami rem mendadak, karena Aliza benar-benar terkejut akan berita ini. Pasalnya pun memang ia sering kali membicarakan Zameer, begitu lah sepupuku itu di panggil. Zameer memang tak hanya nge-trend di ibukota, tapi di Dubai pun beberapa wanita cantik muda pun tua telah gagal meminangnya (baca : meminta untuk di nikahi dengan menanggung Mahar nya sendiri, atau sekecil-kecilnya mahar dari Zameer). MashaAllah, sudah jadi sepupunya saja aku sudah sangat bangga, apalagi jadi istrinya, Astaghfirullah jadi berandai-andai seperti ini.
“Hey Liz, kamu kenapa? kamu tuh bikin kaget banget tahu nggak!”
“Eh kamu serius nggak bercanda Iz?”
“Kamu lihat aja mataku, mataku mudah terbaca kan kalo lagi ngibul.. Kamu kan udah hafal :P ” ledekku sembari meyakininya,
“Alhamdulillah wa Syukrillah.. Terima kasih ya Rabb, Engkau telah memberiku kesempatan Emas seperti ini. Izma sayang, aku…”
“Eitss.. aku udah tahu kamu mau ngomong apa. Tidak la yaauuu..!”
“Iiih… kamu jahat banget Iiizzz, plisss..”
“Ya ampuunnn Aliz sayang,, kalau kamu terlalu mengemis seperti ini kamu nggak akan dapet manfaatnya. Pertama, Zameer pasti Ilfil sekali sama kamu. Dan… aku juga Ilfil! wwkkwkw, yang terakhir Allah pasti akan cemburu sama kamu hingga berakibat kamu justru bisa dijauhi dari Zameer! Aliza sayang, kamu perlu ingat kamu cantik, sholiha, baik dan segudang image baik tentang kamu. Semua teman-teman juga tahu itu. Jangan sampai ini jadi Bumerang untuk Aura cantik mu itu. NO WAY!
“Iya, tapi…”
Ketika ia ingin melakukan penangkisan, refleks mataku tertuju kepada dua orang Pemulung berpakaian seadanya dan usang, sangat tak layak. Ukuran tubuh atau berat badannya pun sungguh memprihatinkan. Kedua pemulung itu asyik duduk tenang menikmati Mie ayam yang terbungkus Stereoform dan aku teringat beberapa jam lalu yang telah kami lewati.
“Ups..! Eit sebentar Liz maaf aku potong.. Coba kamu perhatikan dua orang itu.”
“Kenapa? mereka pemulung yang lagi makan itu kan?”
“Iya. Kamu sadar nggak apa yang mereka makan?”
……
Kami terdiam cukup lama, hingga akhirnya Aliza merunduk kepalanya sengaja ia sandarkan ke setir kemudi.
“Astaghfirullah, ternyata makanan kita sama dengan Pemulung itu. Aku begitu angkuh ya Iz, terlalu pilah-pilih dengan makanan bahkan sudah bisa dibilang berlebihan. Padahal dengan makan seperti tadi, aku bisa sedikitnya merasakan kenikmatan sebagaimana mereka. Ya Allah… aku sungguh beruntung..”
“Iya Liz, kita beruntung masih diberi anugerah kepekaan terhadap sesama, sekali pun kita mampu dalam beberapa hal yang kita mau. Tapi kamu berasa kan bagaimana Kasih Sayang Allah sama kita?”
“Iya Iz, Syukran Katsiran nggak pernah bosan ingatkan aku. Aku bangga punya sahabat seperti kamu..”
“Afwan habibatii, aku juga bangga sekali punya sahabat yang penuh pengertian seperti kamu. Kalo begitu, baiklah.. Aku akan bantu kamu dengan Zameer..”
“Apa?? Yang benar kamu Iz?”
“Iya aku bantu doa pastinya…. Hahahahaa!”
Aliza manyun dan kami terlena tawa dalam melanjutkan kembali perjalanan kami yang tertunda. Sahabat, semoga kita tergolong orang-orang yang pandai bersyukur dan mudah mengambil Ibroh dari segala kejadian-kejadian baik besar maupun kecil.
note: Tokoh – Kejadian – Latar adalah karangan belaka, jika ada persamaan tak lain faktor ketidak sengajaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar