ketika ikhwah jatuh cinta - akhwat berbicara
Ketika ikhwah Jatuh Cinta - Akhwat berbicara
December 20, 2008, 6:40 am
Filed under: Uncategorized
Artikel yang menurut saya lumayan bagus. Meski temanya klasik tapi
menarik untuk dibaca karena dari sudut pandang akhwat dan bisa jadi
renungan kita. Yah.. selama ini kan akhwat cenderung diam kalo udah
masuk ke wilayah cinta. Di saat makin banyaknya aktivis-aktivis dakwah
yang sudah kebablasan dalam hal cinta. Menjajakan cinta atas nama
dakwah. (afwan Sebenarnya rada sarkas juga sih pemilihan katanya, tapi
mesti gimana lagi penggambarannya? susah klo mo pake istilah laen,
lagian kita sering nggak
ngeh kalo penyebutannya terlalu biasa).
Soalnya kebanyakan (saya nggak bilang semua lho…,) aktivis dakwah
sering TP TP sama lawan jenisnya. Itu bisa dilihat ketika dia sering TP
TP lewat fasihnya kata-kata, luasnya ilmu, lewat indahnya untaian
nasihat, lewat merdunya suara, dkk. Yang jelas motivasinya secara tidak
disadari melenceng jadinya, sayang banget khan? Mungkin dan sangat bisa
jadi kita pengumbar nafsu. Wah gimana donk?! Maunya
show amal
dengan fatwa-fatwa agama ke orang lain, eh gak taunya nyari muka, aduuuh
sayang banget yak?! Maunya sih kasih comment di FS dengan
taushiyah,nggak taunya??? Biar dianggep paling mantep ruhiyahnya.
Hohoho… ini kenyataan lho.. saya sering iseng2 chek comment2 FS
“aktivis dakwah”.. yaahh.. lihat aja dari fotonya.. biasanya siy yang
ikhwan kalo nggak tampang sholehnya yang dipajang yaa.. gambar mujahid
Palestine, atau orang pake sorban (kafiyeh) dengan muka sebagian
ditutup. Liat dari gambarnya siy waah.. subhanallah… Militan negh
kayaknya! profilenya juga.. mulai dari puisi tentang dakwah,
aktiivitasnya dakwahnya yang segambreng, sampe kata-kata mutiara yang
bisa bangkitin ghiroh! Tapi pas liat commentnya… hihi… rata2 yang ngisi
akhwat.. dengan kata-kata romantis pula..Beberapa contohnya,
“syukron akhi atas tausyiahnya. . jangan bosen-bosen ingetin ana yah…”
(hihi.. nggak ada akhwat yang ingetin anti ya ukh…?)
“Salam.. Lama nggak silaturahim, .. gimana kabarnya? Sekarang kegiatannya apa?”
(penting gitu? Siapa eloe?!)
“Add ana aja akh.. biar nambah ukhuwah… ini alamatnya……, atau kalo
mau chating ini alamat YM ana…” (hadooohh… MR-nya nggak marah tuh ukh?!)
Hehe.. masih banyak lagi dah yang laennya.. di FS akhwat juga nggak
jauh beda.. biasanya dengan foto kartun bergambar akhwat, kemudian
ngeliat profilenya yang lebih mirip biodata untuk taaruf, sampe
puisi-puisi cinta.. (haddooohh…) comment2nya pun nggak kalah vulgar
dengan yang di atas… cuma bedanya yang ngirimin ya ikhwan… hohoho….
pernah saya iseng sekali2 comment ke akhwat tsb.. “hihihi… gile
bener…!!! ikhwan semua tuh yang comment ukh! Mesra-mesra pula lagi!
Kenapa nggak sekalian aja ajak taaruf… terus temen2 akhwatnya mana tuh
ukh… lagi marahan yah? Sebenernya siapa yang salah ya? Hohoho…”
Ya Allah… begitu halusnya… hingga kita tak menyadarinya.
Jangan-jangan saya dan kita mungkin sudah terjebak dalam permainan setan
ini?! lambat laun karena tidak sadar, akhirnya kita telah jadi korban.
Tanpa bermaksud menuduh siapapun, tulisan ini tentunya tidak harus
membuat kita berhenti terpaku tuk meneruskan berbuat kebaikan, saling
menasehati, bertausyiah, berfastabiqul khoirot. Karena berhenti dan
sesuatu harus bersandar pada Allah SWT. Namun sangatlah bijak, jika kita
mau berhenti sejenak menengok ke dalam relung hati kita yang paling
dalam, sudah luruskah niat kita? adakah benih karat yang mencoba
menggerogoti? Kenapa tausyiah kita hanya kepada lawan jenis? Padahal
masih banyak saudara2 kita sesama jenis yang butuh nasihat kita. Niat
& keikhlasan seutuhnya adalah urusan makhluk dengan sang Kholik
langsung, manusia lain manapun tidak mampu menilainya. Jika belum lurus,
mari kita sama-sama luruskan. Jika merasa berat meluruskannya, mari
sama-sama berdo’a semoga Allah memberikan kekuatan lebih dan senantiasa
menjauhkan kita dari keterpedayaan. Selamat membaca artikel singkat di
bawah ini.
-Farizal-
Ketika Ikhwah Harus Jatuh Cinta
Akhwat Berbicara…
Frens fillah…izinkan ane bercerita. Dalam kisah ini ane memakai sudut
pandang orang pertama tunggal (aku, saya, ane, gue, whatever!), alurnya
bolak-balik (alias semau ane). Ending terserah ente. Dan settingnya di
sebuah medan bernama medan dakwah. Di sana penuh dengan cobaan, ujian,
onak, duri, aral melintang sampai romantisme perjuangan.
Mengapa romantisme? Karena ane rasa di stasiun-stasiun perjalanan, di
setiap sendi kehidupan, di setiap makhluk yang bernyawa (terutama
manusia), yang di dalamnya ada segumpal daging yang disebut hati, di
hati itu ada rasa. Rasa itu berwujud cinta. Cinta itu fitrah! Cinta itu
anugerah! Yang jika benar menempatkannya, akan berakhir bahagia. Dan
jika salah penempatannya, maka akan berujung malapetaka.
Yah.. cinta. Tak pernah bosan untuk dibahas. Sesuatu yang diulang,
dan akan terus berulang. Dari zaman nenek moyang (bapak Adam dan Ibunda
Hawa) sampai akhir zaman. Manusia yang tengah merasakannya bisa lupa
waktu, lupa diri, lupa makan, bahkan lupa ingatan! (ck..ck..the power of
love). Afwan, ane bukan seorang pujangga apalagi pakar cinta. Tapi
(katanya) kekuatan cintalah yang menjadikan seseorang mendadak puitis,
mendadak kreatif, mendadak inovatif, mendadak solutif, dan mendadak
dangdut (lho?! He..he..af1 jiddan). Ane akan coba fokus. Ane gak akan
membahas tentang cinta. Apa itu cinta, untuk siapa cinta itu diberikan,
dan lain sebagainya. insyaAllah akan ana bahas di lain kesempatan.
Dengan topik dan judul yang berbeda tentunya.
Oh ya… Izinkan juga ana bicara dari hati seorang wanita (bukan
berarti mewakili kaum hawa keseluruhan) ini murni dari suara hati ane
pribadi, so jangan men”generalisasi”kan pada semua akhwat. Kalo mau
protes ke ane aja, otre?!)
Fenomena ini mungkin terjadi hampir di setiap medan dakwah. Pokoknya
ada aktivis dakwahnya, ADS (Aktivis Dakwah Sekolah) maupun ADK (Aktivis
Dakwah Kampus/kampung) . Pemerannya adalah akhwat en ikhwan. Keduanya
adalah partner yang saling berkoordinasi dalam dakwah. Banyak sekali
artikel dan buku yang telah membahasnya. Seminar, dauroh, sampai kajian
liqo-pun membicarakannya. Gimana kalao ikhwah jatuh cinta? Hmmmm…. wajar
tuh! Fitrah koq! Normal ih! (oke-oke… peace man!) dari ikhwah yang
militan sampai yang meletan, semua berpeluang merasakannya. Yang jelas
jatuh cinta ala ikhwah gak sama dengan orang ammah. (af1, maksud ane
ikhwah di sini yang tingkat pemahaman keislamannya lebih -sedikit atau
banyak- dibandingkan orang ammah/awam). Kalo yang ngakunya ikhwah
(ikhwan or akhwat), cara mengelola, memanaj, dan menyikapi, seharusnya,
lebih bijak, lebih hati-hati, lebih terkontrol, tanpa harus mengikuti
dorongan nafsu dan masih dalam koridor-koridor syar’i (warning! Harap
dibedakan dengan ikhwah yang “bermasalah” ato “error”, kasusnya beda
lagi).
Selain cara menyikapinya, cobaan dan ujiannya juga beda. Tentunya
syaitan pengujinya juga selevel dengan kualitas yang diuji. Sebagai
aktivis yang menyeru ke jalan Allah, ber-amar ma’ruf nahi munkar,
godaannya lebih berat lagi. Gimana nggak? Wong aktivis dakwah sholatnya
tepat waktu dan berjama’ah di masjid, tilawahnya 1 juz perhari, diamnya
dzikir, ma’sturat pagi-petang, qiyamullail, rawatib, en dhuha nggak
pernah ketinggalan, amalan-amalan sunnah yang lain pun tetap jalan,
bacaannya yang berbau islam, hadirnya ke majelis ilmu dan majelis
dzikir, hidupnya hanya untuk dakwah dan jihad fisabilillah…
ck…ck….syetan cs pada kualahan tuh! Syuro nya jadi lebih giat buat
ngatur strategi jitu.
Tapi yang namanya syetan gak akan kehabisan akal (emang syetan punya
akal???!!!) dia punya 1001 (bahkan beribu-ribu) cara untuk memasuki
celah-celah yang menjadi peluang baginya. For example, dari hasil
nguping pembicaraan manusia, syetan dapet bocoran kalo cinta itu
datangnya dari mata turun ke hati. Akhirnya ia berusaha menggoda aktivis
dakwah dari matanya (pandangannya) , banyak juga sih yang berjatuhan
akibat ulahnya ini. Tapi godaan ini gak mempan, gak ngaruh, en ga ngefek
bagi aktivis yang
ghodul bashar (menjaga pandangan). Kemudian
syetan dkk mengambil cara lain. Sms-sms bernada dakwahpun menyebar. Dari
paket taujih, bangunin qiyamullail, nanya kabar, lagi ngapain? Udah
makan ato belum? Met ultah yaaa (gubrak! Mang siapa lu, siapa gue???!)
Nggak sampe di situ, syaitan juga semakin canggih mengikuti
perkembangan IPTEK. Syetan yang udah lulus kuliah di jurusan teknik
informatika membuat program-program khusus di internet dan menyebarkan
virus-virus aneh ke computer hati para aktivis dakwah. Yang gak punya
komputer pribadi penyebaran virusnya bisa lewat flash disk, CD room,
kabel data, disket dan lain-lain (nyambung gak seh? Ya
disambung-sambungin aja ya!). berbagai fasilitas di dunia maya telah
disajikan. Mulai via email, chatting, fs dengan testinya, sampai sebuah
situs yang memfasilitasi para netter agar bisa berinteraksi dan memiliki
komunitas sambil menampilkan foto dirinya. Semua hadir di tengah kita
untuk memudahkan komunikasi. Fasilitas ini pula yang dimanfaatkan
aktivis dakwah untuk bersilaturrahmi, sharring pengetahuan, diskusi
dakwah, menjalin ukhuwah, dsb. Dst. Ada juga yang niatnya mencari
pasangan hidup. (Itu mah kembali ke diri sendiri. Mau pake jalur
“swasta” [nyari sendiri] ato jalur “negeri” [lewat murabbi] yang jelas
keberkahan harus tetap dijaga. Saran ane, senantiasa luruskan niat! Di
awal, di tengah, sampai akhir).
Nah, dari komunikasi dunia maya itu, ada yang memberitahukan
identitas diri, ada pula yang tidak, bahkan ada yang menyembunyikannya
dengan berbohong. Astaghfirullah… .namanya juga dunia maya, dunia gak
jelas! Awalnya mungkin nanya asl, skul-kul-or ker, dmn? Nama? ada fs?
Email? Sampai tukeran no HP (waduh koq tahu nih? Pengalaman pribadi ya?
Sstt…amniyah ^_^). Nggak cukup sampe di situ, follow-up nya adalah
sms-sms taujih dan kata-kata penyemangat. Ada juga yang ngirim
berita/artikell islami lewat email. Atau sekadar berbalas testi di
friendster. Ada juga yang janjian chatting di YM (Yahoo Messanger)
dengan dalih melanjutkan perbincangan yang sempet tertunda di chatting
perdana.
Yah…begitulah hubungan itu berlanjut sampai akhirnya ada kata ta’aruf
dilontarkan, ada kata khitbah diajukan, dan ujungnya, sebuah pernikahan
dilangsungkan. Nggak semua seh yang sukses sampe tahap itu. Sang
Sutradara-lah yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasa-Nya.
Manusia hanya berencana dan ikhtiar, keputusan tetap dalam
genggaman-Nya. Tapi kita manusia juga diberi pilihan. Hidup adalah
pilihan. Mau baik ato buruk, mau syurga or neraka., mau sukses ato
gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap Allah Yang Maha Menentukan.
Lebih tepatnya ketentuan yang diikhtiarkan. Semua tetap dibawah kuasa
dan kendali-Nya. Makanya kita disuruh memaksimalkan ikhtiar, rajin-rajin
berdo’a, lebih mendekatkan diri pada-Nya, dan berserah diri kepada-Nya
(tawakkal). insyaAllah, apa yang menjadi pilihan kita, akan dimudahkan
dan diberikan yang terbaik. Allahlah Yang Maha Tahu, so nikmati dan
syukuri lah apa yang telah diberi. Semua pasti ada hikmahnya. (Lho koq
jadi kemana-mana ya?!).
Afwan sebenarnya yang pengen ana sampaikan adalah pilihan kita untuk
memilih pasangan. Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik
(matang-matang, masak-masak) sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama
ta’aruf. Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan
kesungguhan untuk meneruskannya. Mengertilah keadaan kami (akhwat).
Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. Kami mudah sekali
terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, kami adalah
makhluk yang mudah sekali GeEr, suka disanjung, suka diberi pujian
apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata ta’aruf atau mungkin
khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti
antum, tak ada alasan bagi kami untuk menolak. Karena jika kami menolak
tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong
tanyakan lagi pada diri antm, apakah kata-kata itu memang keluar dari
lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk
kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman,
mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama
pernikahan?
Sekali lagi, berhatihatilah dengan kata ta’aruf. Karena ta’aruf
adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, berapa
jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum? Padahal selama
perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman
rumah antum bisa membuat kami terpesona. Kolam ikan yang indah juga
membuat kami terlena. Ingin sekali kami memetiknya, ingin sekali kami
berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum
sajikan. Tapi kami nggak berhak, kami belum mendapat izin dari si
empunya rumah. Tadinya kami ingin segera mencapai sebuah keberkahan,
tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat
kami lupa akan tujuan semula.
Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan
kamipun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi
setelah kami mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata
pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat
membukakannya.
Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan
kami rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah
kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum
bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras
rumah antum dengan suguhan yang membuat kami kembali terbuai, tanpa ada
sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami berlama-lama di halaman rumah
antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuk
kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami salah alamat.
Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada
rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami dari teriknya
matahari dan derasnya hujan di luar sana. Kami tak ingin mengkhianati
calon suami kami yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon
bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami
berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah
cobaan. Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan cenderung
untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang
akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label “ta’aruf” untuk
membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta’aruf
yang menjelma menjadi TTM (Ta’aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami
sebagai saudara antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan
yang tidak berhak antum buat “coba-coba”. Pikirkanlah kembali. Mintalah
petunjukNya. Jika antum memang sudah siap dan merasa mantap, segera
jemput kami.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum
menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah,
sampai di ujung pernikahan kan? Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang
menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat dan berkah. Antum sudah merasa
mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya bahwa dialah
bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak menggunakan
cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin dan
mantap untuk menuju Surabaya. Tapi dari Jakarta antum salah memilih
kendaraan, akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya, malah
nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu
terbuang percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara
yang baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum
berjalan di atas ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan jadi kemana-mana
lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh
lega!)
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah jatuh cinta.
Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang “njelimet”. Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005
M sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang
teman sejati untuk melangkah bersama menuju jannahNya…